
Ada sebuah kisah tentang seorang pencuri ulung yang tertangkap polisi karena kejahatannya. Dia tidak berasal dari keluarga melarat atau pula dari kalangan konglomerat. Pada saat kecil dia tidak pernah mengalami kisah hidup yang getir, tapi sama dengan kisah anak-anak lain yang sebayanya. Cuma saja dia sering diajak oleh ibunya ke pasar untuk berbelanja apa saja. Umurnya kira-kira 2 tahun. Sangat sering diajak. Dia sering mengambil barang-barang yang dilewatinya, Cuma sekedar untuk mainan atau pun langsung dimakan. Ibunya menganggap itu wajar dan penjual juga hanya berharap si ibu akan mengganti atau membayarnya. Sangat sering dilakukannya. Hingga akhirnya dia bisa menjadi pencuri ulung… dia hanya berkata saat ditanya sang hakim, “ Andaikata waktu itu Ibu memarahi saya….”.
Adolf Hitler….seorang diktator Jerman. Siapa yang tidak kenal kekejamannya. Hampir 250.000 orang tewas dan lebih dari 5 juta orang yang ikut terkena dampak kekejamannya. Para pemerhati kehidupan seorang “ Monster yang Menjelma Menjadi Manusia” ini, mencoba untuk mengetahui latar belakang tindakan kejamnya. Banyak hal yang ditelusuri terutama kisah hidupnya mulai kecil sampai dewasa. Tidak banyak penyimpangan dalam hidupnya kecuali dendam yang dia pendam terhadap seorang pemerkosa ibunya yang katanya seorang Yahudi. Latar belakang yang lainnya masih misteri.
Swami Vivekananda… seorang relijius yang menjalani kehidupannya dengan dasar rasionalitas akibat pendidikan system barat. Tak ada sesuatu yang dia percaya tanpa bukti yang dapat memuaskannya.
Gandhi…seorang penganut Hindu yang teguh dengan vegetarian ketat walaupun hidup di Inggris selama menempuh Ilmu Hukum. Sebuah pola hidup yang dibentuk oleh sang Ibu.
Anda sendiri dapat saja menggambarkan bagaimana diri anda saat ini dan anda akan tercengang karena semua diantara anda tidak banyak mempunyai persamaan dalam hal pola pikir, tingkah laku, emosi, bicara dsb… lalu apa itu semua ??
Perhatikan gambar disamping!!!!
Ini adalah bagan dari kesadaran anda
Setiap detik dari segala penjuru informasi dan pengetahuan menyerang pikiran kita. Informasi ini langsung menuju pada pikiran sadar, mengolahnya dan merekamnya menjadi sebuah data pada pikiran bawah sadar. Makin sering informasi dan pengetahuan tertentu masuk, maka akan memperkuat kualitas rekaman atas informasi dan pengetahuan tersebut. Munculah kemudian apa yang disebut sebagai “realitas” dari pikiran kita. “realitas” ini akan menjadi kerangka berpikir, bicara dan tingkah laku kita. Pikiran bawah sadar akan memberikan rangsangan atau umpan balik kapada pikiran sadar kita berupa emosi. Emosi ini yang berperan sangat besar membentuk diri anda. Lalu apakah itu “realitas” ?
Pernahkan anda merasa bodoh, karena nilai ulangan jelek, atau setiap soal yang diajukan guru selalu tidak bisa memikirkannya. Atau tindakan kita dinilai bodoh oleh teman-teman kita. Anda selalu takut menghadapi suasana yang mana di dalamnya membutuhkan intelenjensia? Lalu anda gagal menempuh UMPTN/SPMB, bahkan orang tua selalu memarahi kita saat hasil tes jelek? Dsb…sampai anda yakin bahwa diri anda bodoh…inilah “realitas” pada diri anda.
Hati-hati….
Anda tidak pernah senang membaca tulisan tertentu. Setiap anda akan membaca anda yakin nanti ketiduran, atau anda tidak akan memahami isi tulisan tersebut? Lalu anda memalingkan diri anda ketulisan bergambar, novel atau komik, tanpa berusaha lagi. Anda tidak pernah menyentuh lagi tulisan-tulisan tersebut… lalu anda menyatakan bahwa saya memang tidak mungkin bisa membaca tulisan jenis itu. Inilah “realitas” pada diri anda.
Hati-hati…
Atau anda merasa kalah dalam suatu pertandaingan basket padahal pertandingan belum dimulai. Melihat lawan-lawan anda lebih besar padahal Cuma dua orang saja yang besar, penonton berteriak kagum pada lawan anda dan berteriak Uuuuu… Pada tim anda, anda diam tidak bersemangat dan pikiran anda berkata “ wah kita pasti kalah musuh kita lebih hebat. “….inilah gejala “REALITAS” muncul dalam diri anda.
Dan yang lebih parah adalah keyakinan kita, Sanathana Dharma, Hindu, disebut sebagai Kafir, berhala, Takhayul, dsb oleh penganut agama lain. Kenapa mereka yakin dan sangat yakin bahwa Hindu itu Kafir???.... inilah “REALITAS” pada pikiran mereka. “REALITAS” inilah yang saya maksudkan pada tulisan Corong Hindu Mana?.
Hati-hati
Dalam suatu penelitian tentang pengaruh pikiran terhadap mental , sampel dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok dimotivasi sehingga sampel yakin bahwa diri mereka pintar dan mampu. Kelompok kedua sebaliknya, mentalnya diuji sehingga perasaan lemah, bodoh, tidak mampu itu muncul. Lalu kedua kelompok diuji dengan soal yang sama. Hasilnya pada kelompok kedua menunjukan hasil yang jauh merosot dibanding dengan sebelum adanya pengaruh penurunan mental tersebut.
Ayo.. hati-hati dengan pikiran anda...
Coba kita balik pada kita sendiri.
“REALITAS” apa saja yang telah menjadi bagian dari kehidupan kita di Hindu, “Orang Hindu tidak senang organisasi,”
“Orang Hindu tidak senang diskusi, koh ngomong”
“Orang Hindu jujur dan tidak pernah mau menonjolkan diri mereka”
“Mahasiswa Hindu dari Bali senang hidup mengelompok, bebas”
Dsb….anda boleh setuju atau tidak terhadap “REALITAS” diatas. Karena realitas pada setiap orang berbeda.
“REALITAS” diatas muncul pada pikiran seseorang dan diungkapkan kepada orang lain secara terus menerus melalui tingkah laku dan pembicaraan. Realitas ini tumbuh pada orang lain dan berkembang biak lalu menulari orang lain. Dan menjadilah “REALITAS KOMUNAL”, “REALITAS BERSAMA”, “REALITAS ORANG HINDU”.
Kumpulan realitas inilah yang akan membentuk KARAKTER orang, dan juga kumpulan dari “Realitas Bersama-Realitas Bersama” ini akan membentuk “KARAKTER KOMUNAL”, karakter orang Bali,Jawa, Madura, Aceh…
Sekali lagi hati-hati dengan pikiran anda.
Setelah anda tahu apa itu karakter… coba ingat apa saja realitas-realitas dalam diri anda, gali, kemudian pilah-pilah mana realitas yang mendorong anda untuk maju, dan mana realitas yang menghambat kemajuan anda. Coba gali dan pilah-pilah lagi.
Realitas-realitas yang menghambat harus disingkirkan…caranya…
Balik informasi-informasi yang menyerang pikiran sadar anda. Serang balik mereka, dengan pikiran, bicara dan tingkah laku anda….
Anda bodoh… bukan, saya pintar. Saya harus belajar, berlatih, dan benar-benar menjadi pintar. Rekam kata-kata ini dalam pikiran anda…. Setiap kali… sampai menjadi realitas dan karakter.
Anda kalah… tidak saya pasti menang dengan usaha keras
Anda tidak senang membaca… tidak saya paling suka membaca….
Terus lawan pikiran yang menjelek-jelekkan diri anda…setiap saat.
Saya berulang-ulang menyatakan hati-hati dengan pikiran anda, dengan realitas anda, dengan “keinginan-menjadi” anda. Brhadaranyaka Upanisad menyatakan:
“Sesuai dengan perbuatan dalam kehidupannya, demikianlah manusia jadinya. Ia yang berbuat baik akan menjadi baik. Ia yang berbuat buruk akan menjadi buruk. Dan sesungguhnya mereka menyatakan seorang manusia dibentuk oleh keinginannya. Sesuai dengan keinginannya demikianlah perbuatannya. dan sesuai dengan perbuatannya demikianlah ia jadinya. Dikatakan seorang dengan perbuatannya menuju nasibnya”
Jika nasehat ini masih dianggap kuno, William James pernah menyatakan:
“Tanamlah satu perbuatan, maka petiklah satu kebiasaan
Tanamlah satu kebiasaan, maka petiklah satu karakter
Tanamlah satu karakter, maka kamu akan memetik nasibmu sendiri”
Wlliam James tentu bukan seorang maharesi jaman kuno, tapi ia Homo Sapien pada jaman modern dan yang dikatakannya seiring dengan nasehat dalam sloka Brhadaranyaka Upanisad IV.4.5 dan …tulisan ini.
Masih tidak percaya……????
disarikan ulang dengan edit
dari selebaran SENTIR
karya de ar, gautama, tude

Tidak ada komentar:
Posting Komentar