Sebuah analogi :”Burung Tersayang”
Seorang pemuda setengah baya ini memang tampak beda dengan teman-teman sekampungnya. Walaupun daerahnya terlihat tandus, namun dia memiliki keinginan untuk memiliki seekor burung yang sangat ia impikan. Di halamannya yang tandus ia menyulapnya menjadi taman yang terlihat hijau. Dengan senang hati ia menghijaukannya dengan segala cara. Mulai dengan menyirami setiap hari, bahkan dengan sadar ia anjurkan apapun yang mengandung air harus dibuang dihalaman jangan sampai dibuang di tempat lain. Demi hijaunya halaman. Ia yakin bahwa burung pasti senang melihat halaman rumah yang hijau. Setiap hari kerjanya hanya menyiapkan jerat untuk menangkap burung.
Hingga suatu hari ia melihat burung yang sangat mempesona hatinya. Saking terkesimanya, ia lupa akan segalanya. Setiap saat ia hanya mengingat burung itu. Seakan-akan burung itu tidak pernah ada didunia sebelumnya.. setiap hari ia menenggok pohon dimana ia pertama kali melihat burung itu. Sesekali ia memang mendapat kesempatan melihat burung itu. Namun burg itu hanya bertengger sesekali dan pergi entah kemana. Berhari-hari ia melakukan kegiatan itu. Akhirnya dia mengetahui sarang burung itu. Ternyata tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya. Sangat senang hati ia menemukan sarang burung itu.
Ia mulai menyiapkan jerat untuk menangkap. Dengan sabar dia menunggui jeratnya mengenai sasaran..dan berhasil. Burung terjerat. Ia pun dengan senang hati pergi kerumah. Dia siapkan sangkar yang sangat bagus.
Setiap hari ia memandangi burung itu. Setiap ia ulurkan tangan memberi makan, burung pun mendekat dan membuka mulutnya. Dia sangat senang melihat peringai burung itu. Kemanapun dia pergi dengan sangat bangga dia menceritakan keindahan dan perilaku burung itu. Setiap pagi dia menyapa seakan-akan burng ini mengerti. Namun setiap kali ia menyapa, burung pun berkicau. Sehingga pemuda ini menganggap bahwa burung pun mengerti rasa cintanya pada burung ini. Dia tidak pernah mengingat apalagi menceritakan kepada orang-orang kalau burung indah ini sesekali mematuk saat dia dekat namun tidak menjulurkan tangan untuk memberi makan. Karena yang dia ingat adalah indahnya suara, lincahnya gerak dan juga kemilau bulunya yang rapi.
Namun kemudian pemuda ini mulai merasakan sesuatu yang tidak dia sadari. Dia merasakan bahwa keindahan yang dia rasakan ini akan abadi. Karena toh juga burung ada di dalam sangkar. Dan dia pun seperti menikmati keberadaanya di dalam sangkar. Dia sudah tidak bisa merasakan perubahan pada perilaku burung itu. Burung itu mulai merasakan perhatian yang dia rasakan saat pemuda ini menjulurkan tangan berkurang. Pada saat pemuda ini mendekat, burung itu berharap dia akan menjulurkan tangannya. Namun entah kenapa pemuda ini mulai lupa bahwa satu-satunya perhatian yang dapat diberikan kepada si burung hanya juluran tangan pemuda ini. Burung ini sudah kehilangan sangkar dan mungkin kehilangan dunianya, karena telah berada di dalam sangkar. Hingga suatu saat burung pun tidak pernah berharap untuk mendapat juluran tangan pemuda ini.
Suatu hari pemuda ini pergi ke suatu tempat untuk beberapa hari. Ia hanya menitipkan kepada adiknya untuk memberikan makan burung ini. Sang burung pun sudah mulai merasakan perubahan pada dirinya. Dia kembali merasakan keindahan dunianya dulu, dan ingin sekali keluar sangkar. Namun apa daya dia belum mendapat kesempatan.
Setelah berhari-hari pergi, pemuda ini datang dengan perasaan yang begitu dalam. Dia mulai merasakan bahwa burung tadi adalah bagian dari kehidupannya di dalam rumah tinggalnya. Dia merasa telah kehilangan sesuatu yang sangat dia rindukan dulu. Dia lupa menyapa setiap pagi saat bangun. Dia lupa menjulurkan tangannya untuk memanjakan si burung. Kini dia kembali kerumah dengan perasaan yang begitu dalam. Dia ingin memandikan burung ini. Dia ingin menjulurkan tangannya untuk memberi makan burung ini. Dia ingin menyanyi mengikuti kicauan burung ini. Dia ingin membersihkan sangkar burung ini. Banyak sekali yang dia ingin lakukan. Semua itu ada dalam pikiranya sesaat dia sampai dirumah.
Saat tiba dirumah tanpa menaruh tasnya di dalam dia langsung melihat senang kepada si burung. Dia pun meraih sangkar dan membuka nya untuk mengambil burung dan akan memandikannya...tiba-tiba burung lepas dan terbang tinggi...tanpa menoleh...pemuda ini hanya bengong...dia tidak tahu harus bagaimana...mengejarpun akan kalah karena dia tidak mampu terbang.. kini dia hanya memandangi sangkarnya....
Kemanapun dia pergi berharap dia melihat burung kesayanganya.. apapun yang ia dengar berharap bahwa itu adalah kicauan burung kesayangannya..setiap kali ia melihat ke pohon dimana dulu burung itu bersangkar...tapi sangkar itu telah di huni oleh semut-semt.. dan sudah pasti burng tidak akan kembali berteduh di sana. Ia mulai kehilangan akal untuk menemukan burung kesayanganya.. dia mulai larut dengan perasaan yang mendalam. Setiap melihat penyemprot air ia ingat merasa sedih karena harapannya ingin memandikan burung kesayangannya sudah pupus...dia juga tidak pernah mengira begitu dalam ikatan yang dia rasakan kepada burung kesayangannya..saat ini, langitpun terasa tidak indah setelah kehilangan burung kesayangannya. Malah melihat langit terasa menyakitkan karena disetiap sudut langit dia menaruh harapan untuk melihat burung kesayangannya. Ia mencoba untuk melihat burung-burung dipasar burung. Namun tidak ada satupun yang mampu menggantikan ikatan yang dia rasakan seperti dulu..dalam hati ia hanya berbisik...andaikata dia tahu bahwa banyak hal yang ingin aku berikan mulai detik burung itu lepas dari genggamannya. Dalamnya rasa itu yang membuat dia tersiksa. Makin dia melawan rasa itu makin membuat dia tersiksa. Hingga di suatu kesunyian di pinggir pohon dia menitikan air mata menahan segala rasa yang mendesak didalam hatinya....dan tidak tahu harus dia curahkan kemana.....kepada siapa.....
Cerita ini untuk seseorang
Yang sangat aku sayangi
Pergilah seperti burung yang bebas
Gapai semua keinginanmu
Aku hanya berharap...ada jalan untuk kamu menyadari dalamnya rasa ini
Dan belum mampu tergantikan ....hingga kini.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar