Kamis, 05 Maret 2009

seporsi bubur jakarta di jogja

Pagi ini untuk pertama kalinya keluar dengan teman kosan untuk sekedar mencari saarapan pagi (ya iyalah sarapan pasti pagi….tapi bagi anak kosan, sarapan tidak harus pagi,,,tergantung anggaran. Karena bias jadi bukan breakfast tapi “breaknotfast” karena dilakukan agak siang). Naik motor GL pro yang suaranya kayak helicopter mau turun. Tapi sudahlah, toh cocok dengan 2 pengendaranya yang belum cuci muka apalagi sikatan. Langsung menuju langganannya yaitu bubur ayam khas Jakarta tapi yang jelas bukan langganan saya…karena langganan saya adalah sarapan dengan roi tawar yang dijual penjaja keliling.
Duduk langsung memesan 2 porsi bubur dan 2 gelas the hangat..
Bubur…???
Sebentar saya jadi mengingat yang jam 2.30 tadi sudah bangun hanya untuk menggodok beras untuk menjadikannya bubur..orang menyebutnya bubur beras. Karena membeli bubur beras dapat bonus kacang kedelai dan juga “urab” dari daun labu muda..saya tidak berarap mendapatkan hal yang sama pagi ini, karena saya tahu, sehebat apapun ibu menjual bubur berasnya tidak akan menjadi bubur khas men gendri atau bubur pagi khas munduk ( nama dusun saya di desa sawan). Asal usul ruap daun labu muda ini pun, sangat terkait dengan kesehatan. Konon sakit asam urat yang ngetrend dikalangan orang berumur anti dengan kacang panjang, jadinya urab daun labu muda, aman dikonsumsi bagi mereka, jadilah labu di halaman menjadi sasaran tidap pagi.Ibu tidak pernah memikirkan bagaimana merubah manajemen pemasarannya semenjak tahun 80an..bahkan sudah cenderung kehilangan konsumen karena sarapan bubur mirip dengan kebiasaan orang sakit…yang keren sekarang adalah sarapan dengan makanan ringan yang penuh hadiah…ah coba ibu mau menjual bubur dengan hadiah mainan kecil dari negeri tirai bamboo, mungkin anak anak akan membeli bubur agar dapat hadian…kemudian mengambil hadiahnya…dan membuang buburnya (ya tuhan…)
Penjual bubur khas Jakarta ini tidak tanggung-tanggung. 11 orang. Pembeli cukup rame jika dibandingkan dengan tempat yang tersedia dan sangat rame jika dibandingkan dengan pembeli bubur ibu saya. Pembeli datang hilang berganti, ada yang berpakaian dinas, ada yang berpakian olah raga dengan menenteng raket bulutangkis, ada juga yang memajukan jadwal ngapel yang pagi-pagi segini sudah dandan cakep dan cantik….dan pembeli yang lusuh karena belum cuci muka juga ada…yaitu saya.
Tanpa menunggu lama, pesena datang yang didahului oleh the hangat. Didepan tersedia kecap, sambal dan kuah tambahan kalau kurang kancab (bahasa bali…artinya kuahnya berlimpah). Saya rasakan…cukup enak juga. Mungkin pas untuk lidah jawa tengah yang suka manis.
Saya sudah menyiapkan selembar uag minimal 5000an dan beberapa lembar lagi sebagai cadangan, kalau kalau harga yang ditawarkan juah dari dugaan..setelah menyatakan diri untuk selesai menyantap dan meminjam kurrsi dan mejanya , penjual pun dengan murah senyum bilang “5000 saja mas”. Berani nawar???
Tentu tidak. Tapi ini bias terjadi diwarung ibu saya…pembeli membeli apapun sesuai dengan uang yang dia bawa..jadi ibu yang mengambilkan sesuai dengan kemampuannya membeli bubur. Kualitas tetap sama, karena isinya bubur, urab kedelai dan santan tetap ada. Dan kalau anda menjadi penjual, pasti akan merasakan ngasih banyak taku rugi, ngasih sedikit kelihatan “nista”. Dengan memenadam rasa inilah, ibu tetap bertahan menjadi penjual..kadang ibu marah melihat tingkah pembeli yang sok g ngerti. Belanja dikit minta aneh-aneh, dibungkus pake plastic dual ah, santannya dipisah lah. Urabnya dibanyakin lah….sekali marah, seringkali pembeli langsung tidak mau datang dan ngegosipkan di warung lain dengan bumbu bumbu yang lebih pedas dari bumbu urab yang dimakannya..dan ini adalah sasaran empuk bagi warung lain…hehe emang begitulah nasib penjual tradisional..boro-boro meminta PPn dari pembeli, membeli dengan harga lebih tinggi dikit saya sudah minta ampun susah. Lebih susah dari minta janji politisi yang berkampanye menjelang pemilu..kenapa???karena kadang presiden sudah berganti, sedangkan harga yang dijual ibu masih tetap…
Kalau saya memberikan tebakan mengenai harga seporsi bubur ibu saya, anda akan menjawab berapa??
5000?...salah
2500?...masih salah juga
1000?...mendekati
Yah benar. 500 sampai 200 perak saja. Jadi anda tidak perlu takut dengan dompet tipis anda..dan jangan takut bahwa yang anda makan tidak organic, tidak halal, tidak terjamin sehat, dan tentunya anda tidk perlu jauh-jauh ke warung atau restoran yang menyajikan masakan khas masa lalu yang dimask dengan kayu bakar..api yang digunakan murni dari kerakusan api melahap kayu bakar yang diambil dari tegal. Tegal yang ada jauh dan ditempuh denga melalui jalanan licin, berbatu dan berilalang…semua keringat ini disajikan dengan tulus tepat di depan meja anda….
Yah jaman sekarang, nilai 500 rupiah bias untuk apa??biaya pendidikan saja sudah tidak mengenal kembalian 500 rupiah, semua dibulatkan keatas. Bila perlu dibulatkan ke jutaan terdekat..beruntung saya sempat kuliah di fakultas para petani, yang bias mulat sarira. Tahu bahwa para mahasiswanya petani..jadi meningkatkan SPP persemester masih mikir 1x102 kali. Karena mungkin mereka sadar bahwa kenaikan SPP hanya akan mengorbankan orang-orang yang mungkin senasib dengan ibu sebagai penjual tradisional, atau para buruh tani yang baru mendapat uang setelah tanahnya menghasilkan atau ternaknya beranak atau cukup umur untuk di jual…jadi, mengabdi pada orang-orang yang hidup dari kerja keras, bagi saya lebih mulia ketimbang mengabdi pada orang-orang yang hanya bisa menilai arti pengabdian kita dengan setumpuk lembar uang. Semoga teman-teman sekantor saya tidak kehilangan semangat untuk menjadi yang terbaik walaupun mengabdi dijurusan yang dipandang sebelah mata karena selalu tertatih-tatih memperoleh mahasiswa.
Terkadang keadilan terjadi karena kepasrahan akan keadaan. Adilkan bagi seorang yang sudah menginjak kepala 5, masih harus bangun jam 2 pagi hanya untuk menyiap seporsi bubur dengan harga yang “pantastis”…adilkah bagi seorang ibu harus dihadapkan pada merajalelanya took-toko modern yang sudah beberapa kali menyajikan makanan penuh racun kepada masyarakat?. Bahkan yang ada dipikiran mereka, hanya bisa menunggu dagangannya dengan tidak penuh harap. Bahkan mereka harus bertahan dengan rengekan anaknya yang tetap menangis meminta uang untuk membeli snack berhadiah, karena mereka sudah tidak mau lagi puas dengan makanan buatan tangan ibunya…
Terkadang membuka mata bagi mereka-mereka yang tertindas dalam gemerlap pasar global, membuat selera makan saya hilang ketika duduk di kursi McDonald, KFC ataupun Pizza Hut. Dan apapun nama “warung” itu. Seakan-akan setiap rupiah yang saya bayarkan terbanyang betapa berrtinya uang ini jika jatuh ketangan ibu-ibu pedagang tradisional, bapak-bapak penarik becak, sopir yang menunggu penumpang dipinggir jalan, para pemulung yang hidup ditengah sampah penuh lalat.
Tapi, saya yakin bahwa tuhan akan memandang kehidupan mereka dari mta yang berbeda yang penuh dengan kasih. Tetap memberikan harapan untuk hidup ditengah kerasnya hukum hidup yang dibuat oleh orang-orang berkuasa untuk melawan orag lemah…sebenarnya siapa yang penakut??para pemegang kuasa atau orang yang tertindas???orang tertindas tidak akan mampu membuat aturan untuk melindungi mereka sendiri. Tapi orang berkuasa, terus membuat aturan untuk menjauhkan mereka dari jangkauan para kaum tertindas..
Adakah yang berani melarang membuat supermarket sampai ke pelosok desa untuk melindungi pedagang tradisional?
Adakah yang berani memberikan pelayanan kesehatan dengan biaya murah bagi mereka yang sangat butuh sehat hanya untuk bekerja untuk bertahan hidup??
Siapan pun itu, mereka harus yakin bahwa selama hidup mereka akan dinanti bahkan sampai mati pun akan tetap diharapkan hidup kembali…….

Senin, 15 Desember 2008

jogja malamku...

Siapa sih yang pertama kali menggunakan malam minggu sebagai malam yang special bagi yang berfasangan???kalau dengan keadaanku saat ini, aku akan ajak bicara orang itu agar menarik kembali ajakannya. Tentunya selanjutnya aku yang akan menarik ajakanku juga jika nanti Tuhan sudah memberikan kesempatan bagi aku untuk menangkis panah asmara-Nya dengan dada terbuka..hehe
Tapi mala mini bukan special bagi aku dan juga tulisan ini bukan special tentang nasibku dalam 1 hal ini, tapi aku akan menuturkan tentang beberapa hal yang aku temui dijalan..agak lama juga tidak meluangkan waktu untuk mengisi kembali blog ku, tapi aku yakin hal ini tidak akan mengganggu pembaca…karena yang baca mungkin hanya aku sendiri dan segelintir orang yang punya waktu untuk menghabiskan waktu dan recehnya untuk membuka internet.
Saat waktu sudah menunjukkan puku 7.15, aku masih bisa mencium bau badanku yang bercampur peluh, debu dan asap…tentu saja tidak aka nada yang menyebut bauku ini wangi..orang gila aja tahu apalagi yang waras..akhirnya setelah sempat smsan kepada orang2 yang senasib (jombla..alias jomblo aja) aku memutuskan dengan berat hati untuk membasuh badanku agar menjadi bersih. Maf bau, maaf debu dan asap..aku buang kamu seperti biasa….
Tanpa banyak cebyar cebyur..toh juga Cuma segini aja…aku langsung finishkan proses mandi yang beberpa menit saja aku start. Langsung menuju pada tahapan selanjutnya yaitu bergaya seperti peragawa yaitu memilih pakaian yang kira-kira pas untuk dipake malam mingguan…(pembaca perlu tahu kalu aku berpikir bahwa penampilanku kuliah, ngantor dan malam mingguan sepertinya sama saja. Jadi pasti tidak ada yang special dari proses ini.)
Dengan keterbatasan pengetahuan tentang jalan-jalan di jogja ini, aku tancap gas aja mengelilingi jalan-jalan yang belum pernah aku jamah. Aku kelilingi walaupun aku pasti lupa dan tidak akan tahu kalau aku disuruh mencari jalan yang baru saja aku lewati.
Beberapa kai aku bicara sendiri ketika menemukan tempatt yang dulu pernah aku lewati bahkan aku kunjungi. Oalah disini toh tampat ini…lho kok tembus disini…lo ini kan jalan menunju kesana..dan sebagainya ungkapku..selain itu aku diam menikmati perjalanan.
Aku putuska untuk ke jaan malioboro, walaupun aku tidak ada niat mencari sesuatu . lebih banyak karena Cuma jalan itu yang aku tahu.jadinya secara otosmastis..tanganku menggerakkan stang motor menuju jalan itu. Sampai disuatu perempatan terakhir sebelum memasuki jalan malioboro, akku memutuskan untuk memilih jalan ke kanan yang bertuliskan pasar kembang kanan, malioboro kiri…oyah pasar kembang (sarkem) adalah tempat yang special di jogja ini, namun saya tidak akan bercerita apa-apa tentang sarkem ini, karena saya juga belum pernah meginjakkan kakai ditanah sarkem tersebut.
Setelah beberapa meter meninggalkan pertigaan tadi, aku sempat melihat dua orang cewek bersama seorang cowok yang sedang menikmati makanan disebuah warung kaki lima. Aku jadi ingat dengan makanan khas didaerah ini yaitu nasi kucing. Disebut nasi kucing bukan karena disukai sama kucing..atau ditemukan oleh penjual yag rugi karena nasinya dimakan kucing….melainkan karena porsi yang sedikit sehingga hanya bisa membuat kenyang perut sebesar perutnya kucing…mungkin gitu. Sudah 3 bulan aku di tanah jogja, aku belum pernah mencicipi nasi kucing ini…aku putuskan untuk membelokkan motorku menuju sebuah warung yang ada disebelah kanan jalanku.. ada tempat parker luas..pas.
Aku langsung mencari empat duduk yang ternyata memang kosong semua. Ya aku putuskan saja untuk mengambil tempat duduk yang dekat dengan semua menu yang ditawarkan..
Seprti warungg lainnya, di warung ini disajikan menu sederhana dengan tata saji yang sangat buruk jika dinilai dari ilmu tata saji. Yang ada hanya 3 tampat yang bebeda, yaitu tempat nasi ditumpuk, lalu gorengan dan lauk ayam, krupuk serta 1 tungku untuk memanaskan wedang the dan wedang jahe….kemanapun anda mencari warung ini, anda akan disajikan dengan menu yang sama. Penerangannya pun sama yaitu menggunakan lampu minyak yang remang-remang namun bukan warung remang, dan disebut warung kucing walaupun tidak dikerumuni kucing…asal…
Aku ambil sebungkus nasi kucing…aku berdoa semoga ini bukan daging kucing atau aku harus makan ditemani kucing…ternyata isinya Cuma nasi putih dan 6-7 ekor ikan teri yang dibalut sambal..aku kembali berdoa, semoga sambalnya bukan sambal yang pedas dan tuhan mengabulkan doaku..hehe…baik ya tuhan itu…heheh. Sebelum makan akuu meminta wedang jahe…panas banget. Terpaksa aku langsung makan padahal pengennya minum sedikit sebelum makan..aku nikmati hidangan yang tersaji..aku ambil 1 potog tempe bacem…yah bisa menambah sedikit terasa lebih 3 sehat 4 sempurna (kurang sayuran)..setelah menikmati setangah dari nasi yang ada aku meraba kumisku yang telah aku kuris…oooo untung tidak tumbuh panjang.ntar jadi kayak kucing dong…
Ditengah menikmati nasi kucing yang tinggal sejumput, tiba-tiba dating seorang pemuda dengan semangat menceritakan sesuatu.. dengan bahasa jawa yang fasih (ya iyalah dia kan orang jawa)..dia mengabarkan bertemu dengan seorang yang kaya dan suda agak tua…namun berristri sangat muda-muda dan cantik…seperi syeh fuji katanya…namun yang menarik adalah tanggapan yang muncul. Ketika banyak orang yang mengatakan bahwa kejadian seprti syeh fuji sebagai hal yang tidak normal, namun komentar yang berbeda muncul dari orangg-orang kalangan bawah seprti seorang penjual nasi kucing misalnya..orang-orang ini sangat menyadari sekali dan mungkin sangat memahami dalam kehidupannya, bahwa menjadi penguasa uang (orang kaya0 hampir-hampir bisa mengendalikan, membeli atau apapun namanya….kehidupan orang-orang seperti mereka.mereka hidup dengan perjuangan yang keras, hanya untuk memperoleh uang, andai suatu saat mereka harus menggadaikan hidupnya demi uang, mungkin keputusan yang sangat berat untuk memilih diantara keduanya..apakah mempertahankan hidup menjadi kalangan bawah atau melompat lebih tinggi menjadi orang beruang walaupun harus menggadaikan hidupnya…
Aku lihat kesekeliling..benarkah kehidupan para penjual nasi kucing ini adalah cirri khas kehidupan kalangan bawah???aku lihat 2 pasangan yang agak modis sedang duduk diwarung sebelah, oh ada juga orang seperi mereka mau menikmati jualan mereka..berari ini bukan cirrikhas kehidupan kalangan bawah..lalu kalau bukan, kenapa kenampakan mereka jauh dari penampakan para penjual yang leih berkelas,?...mungkinkah ini sebuah tradisi, dimana orang-orang jogja telah merasa enjual nasi kucing adalah bagian dari kehidupan kota ini? Sehingga aneh jika jogja tanpa nasi kucing..malah para pendatang mungkin akan meluangkan waktu mereka sejenak untuk sekedar menikmati sejumput nasi kucing.yah..aku rasa keberadaan penjual nasi kucing sama nilainya dengan keberadaan penjual nasi padang ataupun penjual gudeg ataupun warung lainnya. Mereka memiliki ciri khas mereka sendiri. Kita tidak bisa melihat dari penampakan mereka, namun kita harus bisa memandang bahwa cirri khas bukan bersifat hierarkis namun adalah setara. Hah berarti kita sering salah yah…menganggap apa yang mereka lakukan sebagai sebuah keterbatasan padahal tidak seluruhnya benar.karena kalau hal yang sama juga diterapka pada warung-warung yang lain,mungkin mereka juga adalah kalangan bawah jika kita menggunakan standar restoran bintang 5 sebagai sebuah cirri khas. Yah…munggkin anda setuju tapi boleh juga tidak kok…toh kalau anda tidak setuju, penjual nasi kucing akan tetap hidup dengan cirri khasnya…
Kembali saya konsentrasi pada percakapan orang-orang disana. Menarik memang, namun terasa getir. Rasa itu benar-benar muncul ketika mereka tidak mampu melawan apa yang dilakukan oleh syeh fuji. Mereka dengan enteng menjawab kalau apa yang syeh puji lakukan adalah sebuah kewajaran bagi seorang yang kaya…ya tuhan…katanya..cara orang kaya beramal ya dengan menikahi orang-orang yang dia ingin tolong (atau yang dia sukai??? Menikahi anak dibawah umur???). aku larut dengan perasaan sendiri mendengar percakapan tadi. Aku teringat dengan ibu dan bapakku dirumah. Dengan keterbatasan, mereka belum pernah menyerah dengan keadaan. Kemiskinan yang dimiliki bukan halangan untuk memberikan yang terbaik untuk hidup dan kehidupan. Mungkin menjadi kaya bukan sebuah keharusan bagi mereka,namun memberikan sebuah kehidupan yang lebih baik bagi sentana (anak..red) adalah sebuah keharusan. Terimakasih ibu, terimakasih pak.
Masih banyak yang muncul dalam fikiranku tentang percakapan tadi..tapi ahhh g usah diperpanjang.
Aku lanjutkan perjalanan menuju alun-alun setelah membayar sebesar 6500 untuk 2 bungkus nasi. Tahu tempe, kerupuk, kepala ayam goreng dan segelas besar wedang jahe…disini lagi-lagi aku menemukan sesuatu yang aneh bagiku..orang-orang duduk ditaman dengan pemandangan yang ada hanya lalu lalang mobil. Ada sih beberapa bangunan kuno diantaranya kantor pos, taman kota dan monument serangan umum 1 maret.. namun aku masih merasakan ini hal yang janggal. Belum menemukan kenikmatan ditempat ini. Apa karena aku kesini sendirian yah…aku lihat beberapa komunitas tepatnya kelompok orang-orang yang asyik dengn candaan mereka masing-masing. Aku kayak seorang wartawan, yang mengamati suasana untuk dijadikan sebuah berita..jadainya…GARING…hah aku ambil beberapa foto aja, untuk kenangan..semoga ini bisa memberikan gambaran buat pembaca….yang jelas saya belum menjadi satu dengan kota ini..sehingga saya menjadi orang asing di Negara sendiri…ealaaah…

Selasa, 04 November 2008

sampahku sampahmu

Pagi-pagi berangkat dari kosan menuju kampus, walaupun jam hp masih menunjukkan pukul 6:25. Hari itu saya berangkat dengan berjalan kaki, karena sepeda motor saya pijamkan kepada surya. Teman sesama kantor. Terasa enak berangkat dengan berjalan kaki. Banyak hal yang terlewat begitu saja saat mengendarai sepeda motor. Saya bisa melihat kesibukan orang yang sedang menyiapkan dagangannya. Daerah kosan sya terletak pada daerah catur tunggal. Saat di malang, kita menyebutnya sebagai Kampung kota, karena dia menjadi seramai kota akibat munculnya universitas walaupun sebenarnya berawal dari sebuah kampong. Makanya tampak sekali kehidupan transisi dari masyarakat yang masih tradisional menuju sedikit metropolis (yah agak kekotaanlah). Saat memasukki gedung pertanian Nampak lapangan rumput yang sedikit luas dengan rumput hijau yang sangat cerah dengan titik embun disetiap ujungnya. Satu orang Nampak sedang menyapu di sekitarnya, walapun menurut saya daun-daun kering itu mungkin akan lebih mudah dikumpulkan dengan memungutnya ketimbang menyapu. Tapi itu kan dia yang melakukannya, dan dia sudah bekerja beberapa tahun (mungkin) dan saya baru muncul saat itu dengan sebuah hipotesis yang belum sempat saya uji dengan sebuah rancangan percobaan yang sederhana sekalipun untuk dicari nilai signifikansinya ataupun nilai CV-nya (coefficient of variance). Ah terlalu banyak materi-materi kuliah yang masuk ke otak, …ngerti atau tidak???yah minimal saya inga beberapa istilahnya , sehingg menunjukkan ada yang nyantol sedikit.
Saya lanjutkan langkah saya menuju gedung FTP yang berlantai 5. Sebuah gedung yang sangat mewah untuk sebuah nama yang ada embel-embel pertaniannya. Padahal memang seharusnya seperti itu (menurut mahasiswa Filipina, petani di sana adalah pekerjaan dengan sebuah kesejahteraan lebih, sehingg pekrjaan petani di ktp, menandakan sebuah pekerjaan yang bagus, bukan seperti di Indonesia bahwa pekerjaan petani sebagi sebuah status bukan sebuah pekerjaan). Kali ini ada yang berbeda juga yang saya lakukan. Biasanya saya masuk melalui pintu utara, yang sebelah kanannya anda akan menemukan lobi yang dijaga para satpam. Setiap saya baru sampai pasti saya meilihat ke arah kanan untuk melepas senyum selamat pagi kepada para satpam. Mungkin itu adalah penghargaan yang mereka pantas dapatkan karena sudah datang lebih pagi dan lengkap dengan pakaian dinas mereka, yang kalau tahun 70 mungkin sangat keren.
Namun pagi ini saya masuk melalui pintu timur. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Apa?? Jangan menyangka ada adegan sebuah pengambilan gambar pembuatan sebuah film ataupun sebuah pameran mobil tercanggih masa kini. Bukan jauh dari hal itu, tapi saya terpesona dengan lantai gedung yang mengkilap sampai mirip dengan cermin yang digelar dilantai. Tampak saat itu seorang petugas sedang berusaha menyelesaikan pekerjaannya membersihkan lantai itu. Aku agak canggung melangkah, kasihan lantainya…namun hukum yang berlaku disana adalah kami membersihkan anda silahkan berjalan, karena kalau ada tidak berjalan, maka kami juga tidak perlu lagi membersihkannya dan kami tidak berarti dan itu berarti kami tidak perlu lagi ada disini…
Sebuah pemikiran yang perlu direnungkan juga. Setiap orang yang menjadi bagian dari gedung ini, mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing, dan masing-masing mempunyai kemuliaannya sendiri-sendiri. Karena sebuah kemuliaan dibentuk oleh sebuah kemuliaan-kemulian kecil yang dikumpulkan oleh banyak orang. Bukankah sebuah keluarga dinilai ketika seluruh anggota keluarga memang menunjukkan nilai kemuliaannya…jadi jangan merendahkan tingkat kemuliaan seorang tukang sapu.
Jika kita lihat ke bali???? Bali katanya pulau pariwisata (bukan Cuma daerah lho…tapi pulau) tentu kenyaman menjadi pertimbangan utama. Apakah kebersihan menjadi bagian dari kenyamanan itu..TENTU. lalu siapa saat ini yang menjadi ujung tombak dalam hal itu…ya para pasukan kuning diseluruh bali, baik dijalan ataupun di hotel. Lalu penghargaan apa yang kita berikan untuk mereka yang bekerja dengan sluruh tenaga dalam sebuah tempat yang penuh dengan lalat, belatung, bau tidak enak, kotor dan banyak hal yang ingin anda buang (karena itu disebut sampah). Yah setinggi apa penghargaan yang diberikan oleh Bali akan bisa kita lihat dari apa yang tertempel pada petugas itu.. ahh…bali memang aneh yah…kok sampah bertebarann padahal daerah pariwisata yah…lalu kita jijik dengan sampah dan kita serahkan pekerjaan itu kepada orang lain, dan kemudian kita jijik memberikan mereka sedikit kesejahteraan kepada mereka, dan kemudian kita mengumpat kalau sampah terlambat diangkut, padahal saat kita sedang dengan nyamannya memeluk anak istri kita dirumah, mereka sudah bangun untuk bergulat dengan sampah….tuhan berikanlah seluruh kesehatan bagi mereka semoga mereka tidak sakit, dan bisa terus menjaga bali…karena kalau mereka sakit, pasti mereka akan kesulitan mencari uang untuk diserahkan kepada orang yang dipercaya mampu menyembuhkan walaupun hanya dengan bertanya dan sedikit sentuhan diujung jari. Dan hasil kerja mereka berhari-hari dengan seluruh tenaga, akan berpindah tangan dalam waktu 2 detik…tuhan ii sebuah doa yang benar-benar ingin hamba panjatkan tuhan…mohon dengarlah tuhan…aku mohonkan keadilanMu yang nyata didunia ini.

Lokasamastha sukinah bavantu
Semoga semua makhluk berbahagia

Minggu, 02 November 2008

EQ "Emotional Quotion"

Sebuah percakapan yang menarik perhatian saya saat itu disuatu sore. Saya sedang sibuk menyiapkan perlengkapan untuk menyetrika pakaian yang akan saya gunakan besoknya. Menjaga penampilan terkadang merepotkan juga yah....3 orang sedang asyik membicarakan topic khusus tentang emotional quotion. 2 orang presenter dan 1 orang narasumber yang dipanggil bapak hermanto. Percakapan mereka asyik walaupun saya masuk agak terlambat, namun tidak terlalu jauh amat, karena inti dari pembicaraan belum dimulai.
Oyah akan saya coba sarikan pembicaraan mereka yang berlansung kira-kira 45 menit. Mengenai kecerdasan emosi ini agak berbeda dengan kecerdasan intelejensia. Kita mungkin sudah pada akrab dengan kata IQ. Yah tentu saja kita akan mengatakan orang yang pintar memiliki IQ yang tinggi. Namun ketika kita mengatakan apakah orang dengan IQ yang tinggi selalu menjadi orang yang menyenangkan, ataupun dia memilki perasaan social yang baik sehingga dia bisa tampil ditengah komunitas dengan baik? Tentu kita tidak akan mempunyai jawaban yang berbeda,beda. Belum lagi kalau dihubungkan dengan dunia kerja atau dunia pergaulan saat ini. Tentu kita sering mendengar keluhan beberapa teman yang memiliki teman sangat pintar, tapi kok kadang rada g nyambung gitu..atau contoh lainlah…entar kalau saya memberikan contoh terlalu banyak saya jadi meceritakan kekurangan orang lain padahal mungkin salah satu dari contoh itu adalah juga milik saya sendiri…..hehe..jaim dikit yah.
Kecerdasan emosional ini erat sekali kaitannya dengan diri seseorang dan lingkungannya. Karena muara atau ujung dari kecerdasan ini adala kesatuan antara pikiran perasaan dan tindakan. Jadi kita akan melihat seseorang dengan tingkat EQ yang baik maka dapat bersikap dengan baik yang tentunya juga dimulai dari sebuah pemikiran yang baik yang ditunjang dengan perasaan yang stabil.
Namun apakah EQ ini merupakan sebuah anugerah yang datang dari Beliau sehingga kita akan pasrah pada saat kita divonis memiliki tingkat EQ yang masih kurang???coba Tanya pada rumput yang bergoyang. Pasti mereka akan menggoyangkan helainya tanda jawabannya adalah TIDAK…ah lega juga mendengarnya. Kenapa ? karenaada beberapa factor yang membentuk kecerdasan emosi ini…
Saya mulai dari yang pertama yaitu genetika. Kalau orang mengatakan mencari pasangan harus memperhatikan bibit bobot dan bebet, mungkin ada benarnya juga, namun tidak sepenuhnya juga benar. Emosi yang kita miliki memang sering tidak jauh dari bagaimana tingkat emosi orag tua dan terutama emosi yang paling terdekat dengan kita, ada yang lebih dekat dengan ibu ada juga yang dekat dengan bapak. Jadi sedikit tida emosi kita akan terkait dengan tingkat emosi dari orang tua kita,tapi jangan salahkan langsung orang tua kita yah…karena melahirkan ita saja sudah berat apalgi harus dibebankan dengan masalah genetis ini..jadi terima saja, asal ingat bahwa kita masih punya kuasa atas diri kita sehingga kita bisa menjadi lebih sempurna dari saat ini.
Hal kedua yang mempengaruhi tingkat emosi kita adalah masa dalam kandungan. nah ini adalah hal yang penting untuk diperhatikan oleh semua orang didunia karena saya yakin semua bakal menjadi ibu atau bapak…jika Tuhan berkenan tentunya….ternyata sentuhan, perkataan, sikap yang kita kembangkan selama bayi masih dalam kandungan turut membentuk diri sang bayi. Dikatakan bahwa pada masa kandungan 3-4 bulan sudah mulai memfungsikan dirinya untuk menerima rangsangan dari luar. Jadi kalau saat ini anda sedang menjadi seorang bapak, sentuhlah perut istri anda dengan penuh kasih seraya mengucapkan kata-kata yang penuh kelembutan. Ajaklah dia bercanda dan selalu buat suasana ceria…dan yang belum menjadi bapak, silahkan untuk mengelus perut anda sehingga pencernaan anda lancar. Ucapkan kata-kata tentang makanan yang enak-enak sehingga tidak ngadat. Hehe…kalau yang ini belum ada bukti ilmiahnya…jadi kalau terjadi hal diluar harapan konsultasikan dengan dokter. Mungkin perut anda perlu sentuhan yang lain…just kidding guys…tapi kita coba menerapkan beberapa petunjuk yang baik di buku-buku pasutri, semisal mendengar music halus dan lembut sehingga memberikan pengaruh yang baik bagi calon keturunan kita…silahkan bilang setuju tapi jangan lantas buru-buru pengen punya anak yah…kuliah dulu sampai kelar…
Apakah cukup sampai disana peranan anggota keluarga terutama ibu dan bapak kita. Tidak…masih lebih berat lagi. Karena factor ketiga yang berpengaruh adalah perlakukan keluarga atau orang-orang terdekat bagi yang tidak tinggal dengan ortu kandung kita. Keluarga yang hangat dan penuh cinta, tentu akan berpengaruh baik buat perkembangan diri kita. Jadi apa perlu kita menonton sinetron yang penuh kekerasan terhadap anak kecil…sadarlah wahai para pemirsa….(maaf kelewatan). Mungkin beberapa contoh dapat kita ambil di film-film drama keluarga yang memang menjunjung cinta dalam keluarga sehingga kita akan mengingatkan sedari awal bahwa menjunjung cinta dalam hidup penuh dengan tantangan dan cinta adalah cinta tidak boleh kalah dengan keadaan yang menghalangi bersinarnya cinta. Mungkin beberapa film yang saya anjurkan adalah the pursuit of happiness, ataupun click. Atau anda punya judul yang bagus untuk saya tonton…maklumlah, saya juga manusia biasa yang juga pengen menjadi seorang bapak kelak…ehemmmm…mengenai trik-trik untuk factor yang ketiga ini saya sarankan anda minta saran dari orang yang berpengalaman. Jangan kepada saya yah…atau kalau mau ngotot dari saya..tunggu tanggal mainnya…hehe
Kalau anda saat ini sedang menempuh pendidikan disuatu sekolah atau universitas, bersyukurlah. Karena salah satu yang ikut membentuk tingkat emosi ini adalah pendidikan. Namun jangan pula berbangga, karena jurusan anda juga akan mempengaruhi. Anda yang termasuk jurusan-jurusan eksakta, mungkin akan sering menggunakan logika dan analitis, namun jarang itu kita kaitkan dengan orang lain. Jadi anda perlu instrument baru untuk melengkapi kebanggaan dan rasa syukur anda. Apa itu. Anda perlu wadah untuk membuat anda berinteraksi. Karena inilah laboratorium dari percobaan emosi anda. Kalau saat ini ada berorganisasi…saya katakana anda berada dijalan yang tepat..asal jangan dengan motivasi yang rendahan missal Cuma pengen mencari pasangan setelah dapat langsung no organization..date yes…(swear ini bukan pengalaman pribadi hehe). Jadi layaknya anda akan memasak menu dengan nama emosi, maka anda harus mengolah emosi anda. Dimana? Yah dimana anda dapat menggunakan emosi anda untuk menjalin suatu relasi. ..
Yang paling terkait dengan factor ketiga adalah lingkungan. Tentu semua pada paham bahwa lingkunggan memang sangat berpengaruh dengan diri da perkembangan diri kia. Karena itu bentengi diri anda terhadap pengaruh lingkungan. Jangan kayak bak sampah tanpa tutup. Asal cukup bisa masuk entah itu sampah plastic, dau ataupun bangkai tetap saja bisa masuk. Kalau agama mengatakan bergaulah dengan orang baik/suci sehingga vibrasinya ikut memperbaiki diri anda.. jadi kalau saat ini anda bergaul dengan orang lain, Tanya apakah dia memiliki surat kelakuan baik dari polisi seempat atau tidak..hehe..just kidding yah…anda saya yakini memahami mana lingkungan yang menunjang perkambangan diri anda menjadi lebih baik atau tidak, namun terkadang kita tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk melawan tarikannya…jadi anda perlu mengecek EQ anda..
Oke ini yang terakhir. Apa itu?? Ternyata pengalaman saudara-saudara. Pengalaman yang anda jalani selama ini sangat berarti bagi perkembangan emosi kita. Jadi jangan tidur saja dikos atau dirumah. Isilah hari anda dengan pengalaman yang berarti bagi emosi anda. Ingat kesadaran kita mencari pengalaman adalah untuk mengisi diri, jangan asal ikut-ikutan saja, sehingga anda tidak menyadari apa yang alami membawa pengaruh yang buruk atau jelek.
Nah itu dulu pendahuluan dari saya yah. Anda harus mengetahui pula bahwa peningkatan emosi kita harus dimulai dari sebuah pemahaman terhadap diri anda terlebih dahulu. Bagaimana tingkat emosi anda saat ini. Inilah yang dilakukan para pelatih atau para evaluator EQ. kita akan disimulasi dengan sebuah keadaan yang memancing emosi sehingga anda tahu bagaimana emosi anda. Mengetahui diri anda seperti apa adalah hal yang utama, karena dari hal inilah anda beranjak kemudian. Bagaiaman mengolah diri anda kemudian. Tulisan saya lanjutkan mengenai pilar-pilar emosional kita, tapi jangan di tulisan ini yah..saya mau melanjutkan membuat proposal S2 saya dulu..sabar yah…anggap saja ini latihan pertama kita melatih kesabaran

Soup Buah Khas Jogja

Pertama kali sampai di jogja ada satu hal yang menarik. Anda akan dengan mudah menemukan pedagang kaki lima atapun sekarang sudah bertambah jadi kaki 7 atau 6 dengan alasan lebih ergonomis, warung-warung atapun menu pendamping makanan selain es teh dan minuman botolan yaitu jus buah atapun es campur buah. Mereka menamakan sebagai soup buah segar karena memang nampa seperi soup. Melihat potensi kota jogja tentu tidak akan menyangka kalau ternyata jogja sendiri bukan penghasil holtikultura yang berlimpah. Karena banyak terjadi sesuatu yang bertolak belakang khan. Coba kita makan di daerah bedugul/baturiti yang notabene adalah penghasil sayuran. Kita akan sangat susah menemukan warung dengan menu sayuran kecuali sejenis restoran atau depot. Malah pengalaman saya saat berangkat dari singaraja menuju denpasar dan kebetulan diajak disinggah untuk menikmati samangkok bakso khas bedugul. Pas saya minta baksonya ditambah kol, pedagangnya malah kebingungan mencari pinjaman kol ke warung sebelah..aneh…
Namun yang ingin saya ceritakan bukanlah mengenai joga dengan soup buahnya namun tentang sebuah “warung” jus buah (saya sebut warug karena tidak layak disebut warung jika criteria warung di berikan). Dia hanya menggelar dagangannya di sebuah meja tidak lebih dari 1x1 meter lengkap dengan wadah aneka buah dan 2 blender yang dengan perkasa melumat semua jenis buah yang dimasukkan kedalamnya sampai menjadi jus.walaupun kecil jangan sangka warungnya sepi. Anda akan lebih serring menemukan warung itu di kerubungi orang daripada melihat penjualnya duduk menunggu pembeli. Mengenai aneka jus yang dijual, tidak kalah dengan Moena Fresh (sebuah took buah yang ada dibali yang didirikan oleh keluarga Moena). Asal anda melihat jenis buah yang tersedia, berarti anda bisa memesannya. Atau kalau anda bingung ingin jus jambu biji atau jus anggur, anda tidak usah ragu untuk pilih menu jus jambu biji campur anggur. Bebas….dan kalau kita melihat cara dia menyajikan dagangannya, anda harus lupakan sementara masalah higienis. Karena masalah higienitas menurut standar penjualnya adalah “selama belum ada yang sakit akibat minum jusnya, maka selama itu higienis” simple but sutralah…..anda juga akan sangat biasa melihat dagangannya dikerubungi binatang-binatang kecil yang beterbangan…tapi jangan salah sangka mengatakan itu adalah lalat…bukan. Karena ada 1 hewan yang bisa terbang dan sangat doyan dengan manis-manisan dan berbau ranum. Bukan semut terbang ataupun kupu-kupu tapi tawon. Mereka rela mati kejepit tutup toples ataupun mati tenggelam di dalam jus. Jadi lalat pada nyingkir dan terpaksa mencari incaran lain, karena sadar dirinya tidak punya senjata sehebat tawon.
Namun 1 hal yang menjadi perhatian adalah harga yang ditawarkan hanya 2500 rupiah. Setengah dari harga 1 porsi makanan diwarung dengan menu sayur dan 1 pindang atau telur dadar. Dan kualitas jusnya juga lumayan, buahnya terasa dan manisnya asli gula. Saya selalu berpikir bahwa sampai dunia kiamat pun, yang namanya makanan murah akan menjadi idola bagi umat manusia apalagi dengan kualitas yang sepadan. Saya jadi berpikir adakah orang yang mau mengikuti jejak bapak tapi menjadi penjual jus murah meriah dan sehat, minimal untuk meningkatkan konsumsi buah perkapita dari penduduk Indonesia. Kalau dihitung dengan ekonomi pembangunan setingkat pasca sarjana, mungkin system penjualan warung itu tidak akan mengganggu perekonomian nasional apabila dia bangkrut, apalagi sampai mengguncang ekonomi dunia seperti krisis amerika. Namun melihat dari jam kerja warung dengan laju penjualan, tentu omztenya juga bukan kecil. Minimal para suplayer buah kelas teri yang tidak bisa masuk ke supermarket sekelas carefour ataupun sejenisnya dapat terbantu dengan usaha jus murah meriah ini. Dan membantu pula orang yang seperti saya yang ingin mengkonsumsi buah minimal 1 butir setiap hari bisa menjangkaunya.
Setelah memesan jus kesukaan saya yaitu jambu biji dicampur anggur meja, saya melihat kesekeliling, banyak sekali orang yang menyedot jus dari kantong plastic. Jadi kayak iklan tapi ini nyata. Hingga suatu saat ada iklan yang berbunyi..”srubutane opo rek???....(minumnya apa mas?)…orang-orang akan menjawab jus murah meriah rek….” Tentu sebentar lagi aka nada rekor muri baru..minum jus buah murah meriah dengan buah asli Indonesia yang dibuat oleh persatuan warung kecil penjual jus sebanyak 2 tangki dalam waktu 2 jam….wah..wah….wah…ayo jus murah go…go…go…

Kisahku bagai Akademi Pelawak Indonesia

DD..dua sosok yang telah membuat aku merasakan bagaimana indahnya mencintai dan juga membuat aku merasakan betapa cinta sedalam-dalamnya bukan alasan untuk selalu memiliki. Yah aku selalu menganggap cinta ini adalah sebuah anugerah yang sangat jarang Tuhan berikan buat aku. Karena itu selalu terasa begitu dalam menyelingkupi jiwa. Kadang aku juga berpikir kenapa cinta itu aku temukan ditempat-tempat dan dengan cara yang aneh dan tidak terduga. Pertama aku menemukan cintaku diatas bis tua yang mogok-mogokan. Siapa yang bakal menyangka menemukan si dia diatas bis tua mogok? itulah yang aku sebut anugerah Tuhan. Mungkin saat itu Beliau sedang ngantuk sehingga satu butir cintanya jatuh dipangkuanku…dan akhirnya setelah bangun dan sadar Beliau memungutnya kembali. .dan selalu meninggalkan kepedihan yang dalam juga, lebih dalam dari kejaTuhan anugerahnya. Kehilangan yang pertama ini mungkin aku anggap hal yang sudah biasa aku alami. Karena memang sudah sering aku lakukan dan alami. Menyingkirkan jauh-jauh rasa yang aku miliki.
Yang kedua aku harus menemukan cintaku di gengaman orang lain. Apakah yang akan kamu lakukan saat menemukan cintamu ada digenggaman orang lain. Aku hanya bisa mengurut dada dan membuang jauh-jauh lagi rasa itu. Namun siapa yang menyangka semua di awali diatas sebuah bus lagi???hah masak Tuhan selalu tidar saat aku naik bus??? Yah semua dimulai dari sebuah sms nakal yang kemudian menjadii sms romantic yang mampu menyatuka 2 hati. Dan lagi-lagi Beliau mengambil kembali anugerahnya yang telah jatuh dipangkuanku. Ah Tuhan memang senang mempermainkan kehidupanku. Terutama untuk yang satu ini…ayolah Tuhan jangan bermain-main lagi.
Namun apapun yang ada dipikiran Tuhan saat itu dan saat ini tentang urusan yang satu ini, mungkin aku hanya bisa menerka-nerka. Sampai-sampai aku memvonis diriku belum saatnya menerima anugerahMu saat ini. Setidaknya sampai saat tulisan ini aku buat. Semua terlepas karena kesalahanku. Semua terlepas karena kekurangan dan kelemahanku..yah setiap 1 anugerah yang hilang menyisakan sebuah pelajaran yang begitu berharga bagi aku. Kehilangan pertama aku mencoba memahami arti sebuah perjuangan mengapai semua angan harapan dan rasa. Yah..baru pertama kali itu aku berani memperjuangkan apa yang aku rasa. Walaupun jurang begitu dalam, namun aku berusaha untuk memperjuangkannya. Bagaikan sebuah pertandingan antara MU dengan Perseden, sudah 99% kalah namun pertandingan harus tetap dijalani karena supporter telah berada di arena untuk menyaksikan perjuangan TIM yang mereka bela…dan kalah. Namun tetap akan menjadi berita di keesokan harinya. Semua akan diceritakan bagaimana perjuangan setiap TIM untuk memasukkan bola kegawang lawan ..bukan hanya sederet kalimat Mu menang melawan Perseden dengan mudah..itu bukan berita, dan tidak ada yang akan membaca kalimat yang tidak punya nilai patriotism. Karena itu aku memulai untuk menggunakan daya juangku untuk mengapai asa.
Dengan pengalamanku yang pertama, aku pun mencoba membuat sebuah dalil dalam hidupku…tiada sesuatu tanpa perjuangan….hasil akhir bukan tujuan namun bagaimana proses yang aku jalani untuk memperoleh hasil itu, itu yang akan menentukkan engkau layak atau tidak menggenggam hasil itu. Maka peluang sempit terbuka dan aku pun memulai sebuah perjuangan… maaf Tuhan aku telah kelewatan menggunakan daya juangku..namun mungkin semua orang pernah melakukan kesalahan, dan aku berharap ini bukanlah sebuah kesalahan.
Kini aku yakin Tuhan sedang tersenyum kalau dia membaca tulisan ini. Karena aku begitu semangat untuk menjalani semua permainannya, aturan Cuma dia yang tahu, aku hanya diturunkan ke arena untuk bertanding dan memenangkan pertandingan. Kalaupun kalah dalam suatu babak, permainan ini terdiri atas beberapa babak dan jika Beliau mau setiap babak yang aku menangkan akan diadakan injury time agar aku tidak istirahat.. terkadang lelah, namun lelah di tengah jalan juga bukan sikap seorang pejuang, jadi aku harus terus bejuang untuk memenangkan permainan ini. Entah jadi juara 1 atau runner up, ataupun menjadi pemain favorit atau juara harapan,….para penonton menyebut aku sebagai pejuang dan akan menjawab pertanyaan oaring yang bertanya: “arda juara berapa?..maka orang akan berkata “ arda juara 2”…karena juara hanya di peruntukkan bagi orang yang ikut berjuang dalam pertandingan
Tulisan ini aku peruntukan untuk 2 sosok yang mengisi hatiku.
Selamat jalan.

Kamis, 30 Oktober 2008

sepasang kekasih

“ora duwe lauk” mendengar kalimat itu aku menoleh ke arah seorang ibu yang sudah renta. Aku parkirkan motorku mepet semepetnya dengan tembok, karena walaupun kosan ini tingkat 3, namun tidak punya garasi untuk sepeda motor. Setelah aku rasa motorku diparkir dengan benar, aku kembali menoleh kea rah ibu tadi, namun kali ini bukan kea rah mukanya namun ke semangkok nasi yang hanya ditaburi dengan sayur terong agak kecoklatan. Biasa. Orang orang memasak terong pasti sampai semua terlihat coklat dan sedikit membubur. Aku penasaran ingin melihat ke siapa ibu itu berbicara. Ternyata seorang bapak tepatnya embah yang sudah renta juga. Pernah sekali waktu aku berpapasan dengan dia di suatu pagi saat mbah itu jogging. Menurutku jogging. Saat ibu itu masuk membawa nasi itu, si embah berusaha untuk bangkit dari tempat tidurnya…kenapa setelah aku tinggalkan mereka berdua untuk menuju kamarku di lantai 3,kalimat ibu itu masih terus terngiang-ngiang. Ibu serenta itu hidup dengan keadaan seperti itu, padahal anaknya adalah pemiliki kosan lantai 3 ini. Hmmm….
Ah aku mencoba untuk tidak mengangankan mereka hidup dengan lebih dari saat ini. Karena ketika aku mengangankan mereka lebih dari sekarang belum tentu yang mereka jalani saat ini adalah sebuah ketidalayakan. Mungkin bukan….yah aku mencoba untuk tidak menghayalkannya…(tapi kenapa aku menulis ini kalau perisiwa tadi tidak menggangguku???) aku coba untuk melihat keindahan dari mereka berdua. Serenta itu mereka masih bersama, mungkin badan sudah jauh dari yang namanya atletis apalagi metroseksual, pandangan pun sudah agak kabur untuk bisa membedakan pasangannya sudah berdandan atau belum, ataupun pendengaran mereka sudah tidak lagi mereka gunakan untuk mendengar rangkaian kata-kata romantis yang mengisi masa muda mereka, namun ada yang masih mereka rasakan dan mereka genggam sampai sekarang ini. ..cinta..mereka masih merasakannya sampai saat ini. Keadaan yang mereka hadapi bukanlah ukuran untuk menilai layak atau tidak mereka menempatkan cinta di hati mereka masing-masing. ..yah itulah anugerah terindah yang masih mereka miliki sampai saat ini, dan mungkin sampai badan mereka menyatu dengan tanah. Setelah saya menyadari diri saya hanya ditemani pacar saya yang asli amerika, saya menyadari…cinta mereka yang membuat apa yang mereka jalani menjadi begitu indah….semua menjadi emas….akh….aku akhir tulisan ini dan menutup layar pacarku untuk membaca-baca jurnal yang tadi aku kopi diperpustakaan…